Welcome to Riska Tulus' World, enjoy!

Biasa aja, yang penting beda

Rabu, 21 Desember 2011

Danbo's Diary: While Walking in the Rain...



'Hai langit, sedang apa dirimu sekarang? Aku merindukanmu.. aku merindukan birunya dirimu.. dan putih nan gagahnya awan yang selalu menghiasi wajah sayumu. Aku rindu aliran sungai kedamaian dari sorotan matamu. Apakah kau marah padaku..? Apakah kau marah pada seseorang? Atau..kau memiliki masalah pelik yang lain..? Hai langit, kau tahu aku selalu bercerita dan berkeluh kesah padamu, dan kau tau kau selalu mendengarkanku. Mengapa tak kaucoba lakukan hal yang sama padaku? Kau bisa ungkapkan kegelisahanmu padaku. Mengapa engkau selalu gundah gulana seperti ini akhir-akhir ini?' 

Langit yang selalu mendung mungkin sedang ingin gambarkan jiwa-jiwa yang juga tak tenang akhir-akhir ini. Begitu banyak orang berbondong-bondong mengungkapkan kegundahan hati mereka. Tak terkecuali diriku. Aku memang kecil dan salalu rapuh, setiap mata yang menatapku pasti akan sampaikan rasa iba dari tatapan matanya. Aku terlihat bahkan lebih rapuh dari tubuhku. Wajahku yang aku pun tak bermaksud menghendaki untuk memilikinya, selalu terlihat memelas dan murung dalam pandangan mereka. Tapi mungkin inilah aku, yang selalu merenungi perasaan terlalu dalam.

Dan hari ini, aku termenung karena aku merasakan rasanya ditinggalkan. Di bawah hujan yang terus membasahi tanah-tanah kering bumi, aku menikmati rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang selama ini selalu di sisiku tenangkan jiwaku. Seseorang yang selalu melingkarkan erat lengannya di lenganku. Seseorang yang menatapku penuh makna ungkapkan isi hatinya yang selalu berkata ‘aku akan selalu di sini, di sampingmu’, seseorang yang sering ucapkan janji untuk mengusap mataku saat sembab dan sodorkan pundaknya saat kepalaku terasa berat. Seseorang yang kukira akan selamanya.. di sini...

Dan karena sesuatu, kini dia telah tiada.. Mungkin hal ini adalah hal umum yang seringkali terjadi. Begitu banyak insan-insan yang tak luput dari rasa pedihnya ditinggalkan seseorang yang begitu tersayang. Begitu banyak jalan Tuhan untuk tidak menjodohkan. Dan lewat tulisan ini… kuingin ungkapkan, segala hal yang selalu melayang-layang mengganggu perasaan.

Wahai engkau yang ada di sana, dimanapun engkau berada, saat ini kumohon, dengarkan aku, ijinkan aku memberitahumu semua ini supaya aku tak menjadi satu-satunya makhluk Tuhan yang paling tersiksa. Wahai engkau yang ada di sana, apakah tiap kali kau merasakan dingin yang salalu mendampingi sang malam mengeringkan bulu-bulu yang menyelimuti kulitmu, melewati lapisan epidermis menembus ke ulu hatimu saat kau merindukanku yang takkan pernah bisa berada di sampingmu? Pernahkah kepalamu terasa penuh dengan awan hitam yang mengerutkan setiap simpul saraf otakmu? Dan pernahkah hatimu tercambuk perihnya kerinduan terpendam yang tak bisa kau tumpahkan? Pernahkah kau merasakannya? Aku ingin kautahu bahwa setiap saat aku merasakannya, setiap detik mengingat dan mengenangmu adalah siksaan terburuk dalam hidupku yang bahkan ku tak tahu kapan dan bagaimana mengakhirinya. Tak bisakah kau berada di sini sejenak? Sebentar saja? Tak bisakah?

Sudahlah, seperti yang telah kukatakan, mengenangmu adalah siksaan terburuk yang pernah kudapatkan. Aku tak sanggup lagi membendung air mata ini. Tapi langit memanglah sahabat terbaik. Saat ini dia juga turut menangis, dan air matanya kini sedang sembunyikan derasnya hujan dari mataku. Inilah mengapa aku selalu setia curahkan hatiku padanya, pada sang langit yang juga setia mendengarkanku, mengertiku bahkan ikut merasakan berbagai kepedihan di hatiku. Samar-samar kudengarkan sebuah lagu yang begitu menggambarkanku saat ini….
 
Cause there'll be no sunlight if I lose you, baby
There'll be no clear skies if I lose you, baby
Just like the clouds, my eyes will do the same if you walk away
Everyday, it will rain, rain, rain
Bruno Mars-It Will Rain

And unluckily, now I have done loose you.. babe… I just can wish on a wishing star that you could be by my side….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar