Welcome to Riska Tulus' World, enjoy!

Biasa aja, yang penting beda

Rabu, 31 Agustus 2011

Hipotesis Mahasiswa yang Mematahkan Profesornya

Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan”.
Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”.
“Tentu saja,” jawab si Profesor,
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya.
Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.” Profesor itu terdiam.
Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein .

source: http://becauseofyou99.wordpress.com/2011/01/05/

Selasa, 16 Agustus 2011

My Odd Habit

sebelum tidur, seperti biasa kududuk di depan cermin untuk mengevaluasi diriku hari ini, untuk mengumpulkan kesalahan-kesalahan apa saja yang telah kulakukan. yang kulakukan adalah memandangi wajahku dicermin dan membayangkan hari ini yang telah cepat berlalu, dan saat aku mengingat kesalahan atau hal memalukan yang kulakukan pada, aku akan mulai menyalahkan diriku sendiri, bahkan tak jarang aku mengumpat, tentu saja pada diriku sendiri. ya, sama sekali tak mengasyikkan, tapi entahlah, terasa seperti aku telah terjebak dalam habit tak masuk akal ini.

evaluasiku kali ini terasa.. membosankan. ya, aku berada dipuncak titik jenuh dari hal ini. saat kupandangi wajahku dicermin seperti yang kulakukan sebelum-sebelumnya, terbesit hal lain dalam benakku. mangapa aku hanya selalu mencari keburukanku sendiri, kenapa aku selalu menyalahkan dan meremehksn diriku sendiri sampai hal -hal positif yang telah dianugerahkan-Nya sama sekali terabaikan. kumelihat satu hal yang berbeda, aku yang sebelumnya hanya marah-marah pada diriku sendiri, perlahan menemukan keindahan penciptaan-Nya. terus kupandangi wajahku yang kuning lansat, mata yang hampir bundar, bibirku yang merah tanpa lipstick atau sejenisnya, hidungku yang tak begitu mancung gambaran orang Jawa asli, serta rambutku yang ikal hanya di bagian bawah. Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah mencitakan semua ini yang tak seorang pun ikut campur di dalamnya, termasuk aku.

saat kutemukan keindahan fisik yang Allah titipkan padaku, terbesit keinginan untuk memamerkannya, karena sungguh sayang, jika keindahan ini hanya kunikmati sendiri dan harus selalu ditutupi dengan selembar kain penutup kepala dan busana panjang. namun hal tersebut sungguh bertentangan dengan aturan Allah, dan aku percaya ada hikmah dibalik larangan itu.

akhirnya, kuputuskan untuk tetap menutup sebagian dari keindahan ini, karena Allah. dan selain itu, keindahan yang selama ini kujaga rapat dan kupertahankan kesuciannya ini hanya akan kupersembahkan untuk imam dunia akhiratku. hanya dia yang akan melihat rambut ikal, bibir merahku dan seluruh keindahan yang saat ini hanya aku dan Dia yang benar-benar mengetahuinya, untuk bisa menjadi istri sholeha yang seutuhnya. Insya Allah, Aamiin.

Minggu, 07 Agustus 2011

Paper Quilling

paper quilling cake- special cake for my bestfriend

paper quilling - frame

paper quilling - flying heart
 
paper quilling- frame
paper quilling - frame

paper quilling- frame for children




Gambar-gambar di atas adalah beberapa karya paper quilling yang saya pelajari melalui internet, dan beracu dari salah satu blogger, hope you'll like it and be interested. :)) menerima pesanan.. :D

Pamer

Pada postingan sebelumnya yang berjudul "Dangdutku, Kebanggaanku" tercantum tanggal 26 November 2010, hemm sudah cukup lama ternyata.

Artikel tersebut adalah sebuah artikel opini yang merupakan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan saat saya masih di semester pertama. Kami ditugasi membuat paragraf opini dan mengirimnya ke koran Surya dan yang dimuat akan mendapat nilai tambah dari dosen kami. Sebenarnya tidak harus dimuat, yang penting terbukti telah mengirim saja sudah cukup bagi beliau dan akan diberi nilai juga. Namun yang membuat kami sungguh berhasrat agar masing-masing tulisan kami dimuat adalah royalti yang diberikan oleh kampus karena telah menyantumkan nama universitas dalam tulisan kami. Jumlahnya sangat cukup bagi seorang mahasiswa baru yang low budget seperti saya, dapat digunakan untuk menambah uang saku yang notabene masih mengemis pada orang tua.

Saya begitu iri melihat karya teman-teman saya yang begitu mudah dan cepatnya menemukan topik dan mewujudkannya dalam tulisan sedangkan saya menentukan topik pun belum. Saat saya baru mengirim tulisan saya, beberapa teman saya telah sibuk mengurusi persyaratan untuk mengambil royalti dari kampus tersebut. Dan saat uang teman-teman saya hampir habis, tulisan saya tak kunjung dimuat, padahal saya sudah mengirimkan tiga atau empat artikel. Saya hampir putus asa menunggu artikel saya dimuat, sudah berapa kali saya membeli koran surya namun tak kunjung saya temukan satu dari artikel-artikel saya sampai akhirnya saya benar-benar putus asa dan tidak lagi berharap.

Suatu hari, saat jam mata kuliah BIK, ada seorang teman yang bertanya kepada saya tentang artikel saya yang dimuat, tentu saja saya hanya mengernyitkan dahi dan garuk-garuk kepala. Beberapa menit kemudian barulah saya connect apa maksudnya. Saya merasa kaget dan girang mengetahuinya. Kemudian dosen BIK saya juga menanyakan hal yang sama untuk memastikan, namun saya masih belum mengetahui pasti dan saya ditertawakan oleh beliau, hehe malu.

Saya bersyukur, Alhamdulillaah, terimakasih atas rizkiMu ya Allah. Saat itu teman dekat saya langsung sms karena tempat duduk kami yang tak terjangkau, dia memberi selamat dan memberi semangat bahwa jangan putus asa dulu, buktinya sekarang satu dari artikel saya telah dimuat, kurang lebih seperti itu isi smsnya. Dia, memang teman yang baik, lebih tepatnya, teman terbaik. Terimakasih, aku tidak akan pernah melupakanmu, teman terbaikku, kau adalah satu dari semangatku, terimakasih.

Marilah semuanya, kita lestarikan budaya kita, mari cintai musik kita, DANGDUT. :D

Dangdutku, Kebanggaanku

Jumat, 26 November 2010 | 07:36 WIB

Riska Tulus Wibawati
Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Negeri Malang

risk.riska@yahoo.com

Saat mendengar alunan musik dangdut dengan suara gendangnya yang khas, kerap kali membuat orang ingin bergoyang dan tak sadar ikut berdendang. Lirik serta bangunan lagunya yang sederhana dan lugas mampu memikat hati siapa saja yang mendengarnya. Tentu bukan karena itu jika dangdut serta merta diidentikkan dengan rakyat jelata, kasta kelas bawah. Karena dangdut adalah salah satu genre musik di Indonesia yang bisa dinikmati seluruh kalangan. Mungkin ada yang gengsi dan malu jika mengalunkan dangdut. Namun, saya yakin jika mereka mendengar dangdut, mereka akan terbawa dan ikut bergoyang.

Musik dangdut di sini adalah musik asli Indonesia yang berakar dari musik Melayu yang telah mengadopsi beberapa unsur seperti gendang atau tabla dari India, serta unsur-unsur dari Arab pada cengkok dan harmonisasinya. Dari sejarah singkat tersebut, dapat dipahami bila musik dangdut merupakan wujud perkembangan dari musik Melayu. Dan musik Melayu sendiri adalah salah satu musik kebudayaan Indonesia.
Sebagian orang mengaku dirinya tak suka musik dangdut karena goyangan penyanyinya yang vulgar dan panas. Dengan rok mini mereka melenggak-lenggokkan tubuhnya di atas panggung. Benar, musik dangdut dapat mengajak pendengarnya bergoyang, namun bukan goyangan erotis yang terkesan mengundang hasrat seksualitas seperti itu.

Alasan lainnya, karena mereka lebih mencintai aliran musik lain seperti jazz, rock, dan genre musik lainnya. Salah satu di antaranya menyebutkan bahwa musik dangdut tidak bermutu, liriknya terkesan cemen, tidak seperti musik jazz yang menuntut skill tinggi dalam memainkannya. Tidak ada larangan untuk memilih genre musik yang digemari, namun paling tidak tetap cintailah produk sendiri.

Mungkin, mereka para pecinta musik di Indonesia merasa bingung, di satu sisi mereka ingin turut mengembangkan musik dangdut, namun di sisi lain, mereka tidak begitu nyaman dengan hal-hal yang identik dengan dangdut dengan goyangannya yang cenderung vulgar. Selain itu, kerap kali para penyanyi dangdut ini melantunkan lagu-lagu bergenre pop yang didangdutan. Hal ini memberikan kesan negatif terhadap musik dangdut karena dianggap kurang kreatif dalam berkiprah di dunia musik. Mungkin sisi komersial dan tuntutan pasar menjadi alasan.

Mungkin, para musisi dangdut, terutama penyanyinya bisa berbenah diri untuk memperbaiki citra musik dangdut di mata masyarakat, dan untuk para pecinta musik di Indonesia, ini musik kita, dangdut is the music of our country.

Jadi, jangan pernah malu dengan musik kita sendiri, tetapi bawalah musik kita ini untuk bersaing di kancah internasional. Karena musik dangdut kita adalah juga kebanggaan kita.

Another Meaning of Love

Love, is around us, love, is something everybody feels in their hearts, love, is hard to describe. Some people say, love is something beautiful, is a wonderful feeling, is a gift, and so many kinds of interpretation they think of what love is.
            I always wondered about the meaning of love, and I've tried to find it. It was begun from my mother's love to me that never ends. I always asked to myself, why does she always love me that much? I know, I know it's a destiny, a mother should always love her children, but, everybody knows, her kids do hurt her some times, but her forgiveness always flows to them. The kids did not always sacrifice such a big thing for her, but why does she always put down her children as kings? What? What have we done for her as her child? What have we given and sacrifice for her?
            The second observation comes from love between a man and a woman. I thought that at the first time, actually they were just two people who did not know each other, but why did they suddenly adore each other, feel calm to be beside each other, want to sacrifice for each other, why is love that like?
            I have tried to look for the answer of those questions, and finally i have found it now, another meaning of love, is, means of payment for happiness has given by someone we love so much. They, the people whom we love, have made us happy and make everything in this world bright, and to pay for that happiness, we give them our love. That is just another meaning of love, for me, and what is love for you?

Kenapa, Mas?

Udara terasa begitu dingin di luar, di dalam sebuah rumah, dua insan yang baru saja membangun bahtera rumah tangga sedang duduk berdampingan di atas sofa nan empuk di salah satu ruangan. Busana panjang lengkap dengan jilbab berwarna krem membalut hampir seluruh bagian tubuh wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai istri tersebut, di sebelah kanannya, seorang pria rupawan yang saat itu mengenakan sarung coklat dan baju taqwa putih lengkap dengan peci hitam di kepala yang menambahkan kegagahan seorang muslim sedang meneguk teh manis buatan wanita di sampingnya. Sang istri pun tersenyum sejenak memandangi suaminya yang sedang meminum teh yang disediakannya.
“Mas, aku punya beberapa pertanyaan yang ingin kutanyakan, tentang perasaanku kepadamu”, ucap sang istri tiba-tiba, membantu desiran angin memecahkan keheningan malam. “Pertanyaan apakah yang kini sedang mengganggumu, istriku?”, jawab sang suami sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja di depannya. “Tentang apa yang selama ini kurasakan tentangmu, Mas, terutama setelah kita menikah”, jawab sang istri menjelaskan. “Coba ungkapkan dengan jelas kepadaku agar kau tak merasa gundah, dan insya Allah aku akan menjawabnya untukmu”, perintah sang suami yang kemudian disahut oleh sang istri sambil memegang tangan kirinya, “Apakah mas tahu, kenapa hatiku terasa begitu berdebar tiap kali namamu kudengar, terasa seperti ada yang menarik hatiku saat aku melihatmu, jangankan melihatmu, mengingatmu saja aku telah merasakan getaran yang hebat itu? Kenapa saat kau bekerja atau kau tak di rumah, aku selalu memikirkan kepulanganmu, dan hati ini tak pernah diam dan menuntutku bersimpuh ke hadapan-Nya untuk memanjatkan segala do’a-do’a untukmu? Kenapa saat malam aku tidur di sampingmu, aku merasa begitu nyaman, seolah aku berada pada puncak kebahagiaanku, dan sungguh aku tak ingin lewatkan malam-malam itu begitu saja, yang ingin kulakukan pada malam-malam itu hanyalah memandangi wajah lelahmu saat tidur dan membelai lembut wajah nan polos itu? Dan kenapa aku selalu merasa  lemas tiap kali melihatmu hampir menyerah melawan tantangan hidup yang terlalu berat? Dan kenapa hatiku terasa begitu merekah tiap kali senyuman menghiasi wajahmu? Kenapa aku mau memberikan pundakku saat kau benar-benar lelah saat berjuang? Kenapa aku bersedia dan ingin selalu menemani perjuanganmu tak peduli pahit, manis ataupun getir hingga akhir hidupku? Kenapa aku rela korbankan segalanya untukmu? Kenapa, Mas?”.
Sang suami sejanak terdiam, menatap mata wanita dihadapannya begitu dalam dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, ia tampak sedang mencerna pertanyaan-pertanyaan istrinya. Ia tak juga bersuara, hanya tangan kirinya yang kemudian berbalik menggenggam erat tangan halus istrinya dan tangan kanannya beranjak menyentuh dan membelai lembut pipi kemerah-merahan wanitanya, baru kemudian ia tersenyum dan mengecup kening istri sholehanya itu yang tak kunjung dilepasnya, seolah menggambarkan betapa derasnya cinta dan kasih sayang yang ia miliki untuk istrinya, serta rasa syukur yang begitu besar kepada Allah atas bidadari surga yang telah Ia turunkan untuk menemani hidupnya. Kecupan itu bagaikan rangkaian beribu kata yang ingin ia sampaikan pada istrinya bahwa ia sangat mencintai dan bangga kepadanya, bahwa ia sangat bahagia menyanding dirinya. Sedangkan sang istri, ia memejamkan kedua matanya mencoba rasakan aliran kasih sayang yang suaminya berikan.
Setelah sang suami melepaskan kecupannya, sang wanita berkata lagi “Aku takut, Mas, aku takut cintaku kepadamu terlalu besar dan mengalahkan cintaku Kepada-Nya?”, tanyanya lagi yang kembali disambut dengan senyuman lembut suaminya, “Wahai bidadari dunia-akhiratku, jangan pernah kaurisau akan perasaanmu yang begitu besar kepadaku, karena sesungguhnya cintamu itu adalah wujud kesempurnaan cinta seorang istri kepada suaminya, meskipun hal itu tidak akan bisa menandingi cinta Khadijah kepada Sang Nabi, namun kau telah membuatku merasa sebagai pria paling beruntung dengan memiliki dirimu dan cintamu. Dan atas cinta tulusmu itu, tidak akan kubiarkan kau tersesat dari jalan-Nya, dengan kasih sayangmu itu, akan kubawa kau dalam jalan menuju surga-Nya, insya Allah”, ucap sang suami yang disambung dengan kata “Aamiin”, oleh kedua insan Allah tersebut.


Subhanallah, betapa indahnya mencintai dan dicintai seorang tambatan hati dengan begitu tulusnya. Namun betapa jauh lebih indahnya, jika mencintai dan dicintai Allah yang cinta-Nya tidak akan pernah ada putusnya. Dan, mencintai dan dicintai karena Allah, adalah sebuah wujud kesempurnaan dalam sebuah percintaaan.